Selasa, 01 November 2016

Pieces of Shit

Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar buat hubungan kita saat-saat bersama, putus, berantem, gantung, sahabatan. Ga sedikit juga cerita-cerita yang udah kita lewatin masa-masa itu. Aku masih ingat sekali tujuh tahun yang lalu tepat di hari ini, kata-kata apa yang aku gumamkan dan simbol-simbol apa yang aku lukiskan, haha lucu tapi cukup buat aku bernostalgia dan tersenyum geli untuk kembali ke masa itu. Dan hari-hari selanjutnya setelah hari ini pada tujuh tahun yang lalu, yang gamungkin bisa aku sebutin semuanya disini. Mulai dari pertama kalinya kita nonton konser, dan di akhiri dengan hujan, tanpa aku ceritain penuh disinipun pasti kamu juga ingat semuanya. Lalu, masa-masa kemah bareng di dalam tenda maupun di dalam hutan, karena emang PMR yang mempertemukan kita maka uks, obat, alat medis, kemah, dan tenda lah seakan simbol hubungan kita. Terus juga, menghabiskan waktu untuk jalan-jalan kemana saja yang penting puas bisa berduaan, malam minggu ngeliat bintang, ke uks saat istirahat maupun cabut jam pelajaran, pulang sekolah ngeliat pemandangan, libur jalan-jalan. Bahkan sampe aku juga harus berantem demi ngebelain kamu, dan berantem demi pertahanin kamu. Astaga tuhan, tujuh tahun yang sangat sulit buat aku ungkapin semua disini. Tapi tetap saja tujuh tahun bagi aku masih terasa kurang, sangat sangat kurang. Aku bahagia. Dulu bisa ngelakuin hal konyol, bercanda, lari-larian, ngebuang waktu gajelas, bahkan sampe ngelakuin hal seriuspun kalau itu bareng kamu, aku bahagia.

Tapi, semulus-mulusnya pandangan orang melihat hubungan kita tetap juga banyak masalah yang harus kita laluin. Aku akui, tujuh tahun yang lalu itu bagi aku terlalu polos untuk bisa pacaran serius, banyak hal yang ga aku tau, banyak hal yang ga aku lakuin, banyak banget penyesalan kalau di ingat-ingat. Sampai cerita ke kamu tentang ‘kita’ aja aku gaberani, jadi lebih baik aku pendam atau aku ceritain ke sahabat aku. Dan kamupun juga ngelakuin hal yang sama. Semua tentang aku, kehidupan aku, masalah aku, kebutuhan aku, bahkan kabar aku, kamu dapat dari sahabat aku, jarang dari au sendiri. Bahkan kamu lebih sering texting atau calling ke sahabat aku yang enggan kusebutkan namanya disini, dari pada ke aku. Ya entahlah apa yang aku sibuk-kan saat itu, kegiatan organisasi, kegiatan luar, ataupun kamu udah ngebuat aku bosan. Tapi dari kondisi itu juga ternyata kondisi kita ga semakin membaik. Aku, dengan mata kepalaku sendiri melihat hubungan kamu dan sahabatku udah lebih dari batas wajar untuk dikatakan seorang teman, mulai dari isi text bahkan pertemuan kalian yang ga aku ketahuin. Akhirnya, kita putus. Dan emang udah ketebak dari awal, kalian jadian. You ‘re both, sick. Aku bener-bener ga nyangka, selama ini sahabat yang aku percayain untuk dengerin cerita, untuk menjaga rahasia, untuk ngebantu aku kalau ada masalah terkhususnya tentang kamu, malah jadian sama kamu. Saat itu juga aku gatau lagi alasan apa, kata apa, deskripsi apa yang bisa menjelaskan bahwa itu perlakuan wajar dari seorang sahabat. Emang cinta itu buta, tapi jangan sampai kalian dibutakan oleh cinta. Lebih tolonya lagi, selama kalian pacaran semua cerita kehidupan kalian dia ceritain ke aku, ini siapa yang sakit sih? Kenapa aku jadi ikutan gila karena kalian. Baiknya, aku masih anggap dia sahabat dan mendengarkan ceritanya yamungkin aja emang dia gapunya teman cerita, haha. Dan walaupun emang gapantas lagi di sebut sahabat. Sehaus itu kah dia akan rasanya kasih sayang? Sehaus itu kah dia untuk sebuah status? Sahabat tai ayam. Dan aku terlebih lagi kecewa sama kamu, bisanya aja kamu juga terima dia, apa kalian sedang memperagakan sebuah drama?Mulai dari kejadian itu juga, aku gapernah sekalipun membicarakan kehidupan pribadi apalagi masalah hati ke dia, ini namanya trauma?. Walaupun perjalanan asmara diantara kalian berdua tidak lama, tapi cukup untuk ngerusak kepercayaan aku ke kalian, seharipun atau sedetikpun itu sangat berarti. Sabahat aku tidak cuma satu, dan tidak cuma satu kali jugalah kamu pacaran dengan sahabat aku, dan tidak cuma satu kali jugalah kalian semua rusak kepercayaan aku. Ya emang kita udah gaada hubungan lagi, tapi gila ga sih? Apa kamu ga merasa se gila itu?. Haha.

Sampai benar-benar aku cape rasanya punya sahabat cowo dan ceritain semuanya ke mereka, aku lebih prefer pendam cerita daripada harus aku share lagi. Putusnya aku dari kamu, dan engan siapa setelah itu aku memulai hubungan lagi aku harap mereka tidak tau. Tapi, sahabat yang enggan aku beritahukan namanya tadi seolah selalu ikut campur dengan hubungan asmara aku. Kelas 2 SMP aku ketemu sama crg, bukan tipe aku buat pacaran sama dia, tapi aku gapernah ketemu sama orang senyaman dan seaman ini untuk menceritakan semuanya bahkan rahasia sekalipun. Aku bersyukur akhirnya tuhan tidak membiarkan cerita ku pendam sendiri dan memberikan sahabat yang bener-bener seorang sahabat sampai saat ini, besok dan nanti.

Aku selalu coba berusaha untuk move on ke A, D, N, M, T. Tapi kamu selalu saja datang lagi, layaknya daun kering yang udah aku sapu lalu datang lagi karena tertiup angin, tetap saja sampah. Aku benar-benar gila disana. Gila karena aku udah terlalu sakit melihat apa yang sudah kamu lakuin ke aku, dan gila karena mengingat betapa bahagianya aku dulu. Tuhan memang maha penyembuh, hati aku sembuh walaupun emang ga sepenuhnya. Aku coba lupain semua kegilaan yang pernah kamu lakuin, dan kita balikan lagi. Cukup lama, tapi aku merasa gaada yang spesial semenjak kita putus, rasa ilfeel aku ke kamu gabisa aku hilangin, aku merasa malah semakin gila di situasi seperti ini, aku mencoba buat kamu bahagia aja, ya walaupun bahkan bagiku sulit menyiratkan kebahagian sekalipun. Lagi-lagi aku jenuh. Sampai aku kenal A di twitter, adik kelas. Orangnya baik banget, perhatian, dan setiap pulang sekolah selalu ngajak pulang sekolah dengan jalan kaki bareng, kebetulan jarak rumahnya ke sekolah tidak terlalu jauh dan sejalan juga dengan jalan pulang aku buat nunggu bus langganan. Aku hanya ngerasa perhatiannya udah lebih aja ke aku, aku emang gila disini terlebih aku lagi jenuh sama kamu. Tapi dekatnya aku sama A pun, si sahabat yang enggan aku sebutkan namanya lagi mencoba mengganggu dan tampaknya tertarik dengan si A. aku gapernah merasa kalau A suka sama aku, dan hubungan aku ke A juga sebatas adik-kakak aja karena aku masih inget kamu. Tiap malam minggu aku kerumahnya pun aku selalu berdua dengan si sahabat dan mencoba membantu mereka jadian, ntah kenapa aku juga ga begitu mengerti mereka tak kunjung jadian. Sampai suatu malam yayak, murnu, rizky, eka ngeliat aku lagi berdua di rumah A, sejujurnya disitupun ada si sahabat dan aku ga berdua aja. Dan semenjak itu masalah jadi semakin rumit. Dan baru aku tau dari kamu kalau A suka sama aku, dan itu benar-benar gapernah terlintas di pikiran aku.

Aku ngga pernah sekalipun membatasi kamu buat bisa berteman dengan siapa aja, bahkan aku pernah melihat inbox fb, sms, ataupun twitter ga hanya aku aja cowo disitu, bahkan ada nama mantan yang dulunya mantan terindah kamu. Aku gamau angkat masalah ini jadi besar kaya masalah aku ke A. Karena aku selalu percaya sama kamu buat jaga hubungan ini sama kaya aku. Tapi, kamu selalu membatasi hubungan aku dengan sahabat aku, terlebih crg orang yang selama ini jadi pendengar aku. Aku bener-bener gatau lagi harus cerita ke siapa lagi selain kamu kalau kamu larang aku buat berteman dengan dia. Aku gapernah takut buat kamu bisa jadian sama sahabat sendiri. Dan kamu selalu takut buat aku bisa jadian sama sahabat sendiri. Kamu bisa lihat sampai sekarang? Siapa yang benar?. Aku gapernah sekalipun jadian sama dia, kamu? Haha. Mungkin kamu takut apa yang terjadi di kamu terjadi juga di aku? inshaAllah engga:).

Sudah banyak putus nyambungnya kita sampai SMA, dan Alhamdulillah seiring waktu berlalu sedikit demi sedikit aku bisa sayang lagi ke kamu kaya dulu pertama kali bertemu, aku bisa lupain sedikit dari kegilaan yang sudah kamu lakuin. Aku bisa bahagia lagi, dan kamu juga sudah semakin dewasa, membuat aku lebih dan lebih yakin lagi. Kamu itu udah seperti icon di hidup aku, tiap kali ketemu orang pasti yang ditanyain kamu, apa masih sama kamu, bagaimana dengan kita, penasaran dengan kita dan banyak lagi. Sampai kamu jadian lagipun mereka pada engga percaya dan bilang kamu cocoknya sama aku. Ahaha lucu aja ngedengerin omongan orang dan ngebuat aku cape menjelaskan satu persatu faktanya, toh mereka juga banyak yang ga percaya. Hubungan kita biasa aja hanya sebatas teman biasa untuk saling support. Kamu support aku sampai aku bisa kuliah disini, aku juga support kamu dengan kerjaan kamu dulu ketika menjadi guru dan dengan pekerjaan sekarang. Komunikasi yang jarang-jarang itu tiba-tiba berubah menjadi intens, kamu selalu bertanya kabar, menyempatkan bercerita lewat telpon ataupun sebatas chat. Ini yang membuat hati aku mencoba terbuka lagi buat kamu. Tapi, aku mencoba hilang dari kamu karena aku mencoba untuk fokus uas yang satu minggu lagi. Aku juga merahasiakan kepulangan ke batam berencana untuk membuat kamu surprise dan saat di batam itu juga aku berencana untuk memulai hubungan yang lebih serius dengan kamu, lebih serius dari sebelumnya. Pikiranku hanya terjebak pada angan perandai-andaian setiap hari, bahwa aku akan bahagia lagi nanti, kamu mau menerima aku, mau berubah dan kita bahagia. Beberapa hari sebelum aku pulang, barang sudah aku packing rapi, hanya tinggal terbang saja. Tetapi ada hal yang benar-benar membuat aku hancur lagi. Status bbm kamu sudah ada nama orang lain. Aku yang mencoba hilang 2 minggu saja gabisa buat kamu menunggu, hanya 2 minggu bukan 2 tahun, hancurlah ekspektasi yang selama ini menari-nari di imajinasi. Atau kamu sengaja buat aku terbang tinggi, lalu kamu hempasin ke dasar bumi? Adakah dosa yang harus aku tebus dari kamu? Gapernah kamu sadar hati aku hanya mainannya kamu. Apakah emang cinta buat aku selama ini hanya berekspektasi sendiri dan selalu dikejar-kejar ilusi sendiri?

Terimakasih udah sering buat hati aku berantem dengan pikiran sendiri, udah buat fisik berkelahi juga dengan batin sediri. Aku selalu anggap kamu dan kondisimu sepositif thinking mungkin dari kenyataan, walaupun emang kenyataan ber-oposisi dengan pikiran yang coba aku rasionalkan itu. Dan kamu juga gapernah bisa coba untuk positif thingking sama aku, padahal aku udah berusaha sekeras-kerasnya akan keringat yang udah aku coba usap namun masih juga mengucur. Selama ini juga perjuangan aku ke kamu selalu sia-sia dan emang kadang juga dianggap sebelah mata, bahkan yang berubah dari setelah kita putus pertama kali bukan aku sendiri saja. Tapi yaudahlah ya karena di mata kamu emang aku ga pernah bisa benar, dan kamu juga ingin dimata oranglain yang salah dalam hubungan ini hanya aku. Apa boleh buat?

Selama ini kamu selalu butuh waktu untuk aku bisa kembali ke kamu, tapi kenapa kamu ga pernah izinin aku sekali aja untuk bisa dapetin waktu juga, ya walaupun durasi yang aku butuhin ga sebentar. Selama ini kita hanya bisa buang-buang waktu saja, waktu untuk menunggu hal yang ga pasti. Aku selalu menunggu sesuatu hal yang berubah dari kamu, kamu nungguin juga sesuatu hal dari aku apa yang ga aku ketahui. Aku juga berpikir, kenapa ga dari dulu aja aku bisa ngomong sejujur ini ke kamu, kenapa ga dari pertama kali kita jumpa aku bisa seluwes ini ungkapin rasa, kenapa ga dari kemarin-kemarin aku minta kamu harus bagaimana. Dan kenapa ga dari dulu kamu bisa lebih jujur dengan mulut terbuka, kenapa ga dari pertama kali kita jumpa kamu bisa minta aku harus jadi apa dan bagaimana, kenapa ga dari kemarin-kemarin  kamu sabar untuk menunggu. Memang sepertinya hubungan kita penuh dengan tanda tanya, aku gapernah berani minta kamu berubah, karena aku sayang dan cinta kamu apa adanya, tapi kadang sifat kamu bener-bener buat aku jenuh, tapi juga kamu satu-satunya yang buat aku sejatuh cinta ‘ini’. Kamu dengan ke-misteriusan kamu dulu yang suka memendam rasa dan lebih suka mencurahkan isi hati ke oranglain dan menyimpulkan secara sepihak bahwa akulah yang seratuspersen salah. Memang, gaperlu diungkit lagi yang udah berlalu, tapi aku sungguh amat belajar dari apa yang udah pernah ngebuat aku jatuh dan merangkak, karena aku gamau setolol itu untuk jatuh terus di lubang yang sama. Aku perlu masa lalu bukan buat memperumit hubungan, hanya saja aku bisa ngebuat rencana kalau aku harus lebih baik lagi dari masa lalu itu, apalah yang harus dijalanin dimasa depan kalau bukan berharap kebahagiaandan mencapai tujuan?. Ya walaupun emang aku gapernah mengiisi masa lalu kamu se-spesial yang kamu harapkan, tapi adanya kamu di masa lalu aku udah cukup isi warna di hati aku yang dulunya kusam. Kalau emang Allah izinin aku buat dikasih permintaan yang bisa dikabulkan di dunia ini, salah satu permintaan aku untuk bisa balik ke masa lalu lagi, aku ingin coba memperbaiki kesalahan aku dulu, entah berhasil atau tidaknya aku merubah semuanya tapi setidaknya aku pernah bahagia pada waktu itu. Dan aku juga minta dikasih sahabat dekat cowo yang bener-bener tulus, berotak, dan punya hati, biar ada teman cerita aku supaya kamu ga cemburu kaya selama ini. Kamu? Apa permintaan terbesar kamu? Apa yang kamu butuhin?:)

Sebenernya juga, aku juga sudah mengira ini bakal terjadi. Karena kamu memang firasat untukku. Aku selalu coba untuk bisa positif thingking, tapi emang firasat aku selalu buruk. Disaat kemarin kamu hancurin hati aku yang untuk kesekian-sekian kalinya, ketika kamu ajak aku bermain di perandaianmu yang tinggi terus kamu tinggal aku sendiri, disaat kamu kembali ternyata kamu menggandeng yang lain. Entah alat ukur apa yang bisa mendeskripsikan rasa sakit dan kecewa aku saat itu. Saat itu juga aku udah membulatkan tekad untuk mengucapkan kalimat yang selama ini coba untuk aku tahan. Ya, kalimat perpisahan yang benar-benar untuk berpisah. Dan sejujurnya pula, disaat pertemuan terakhir itu aku sudah siap untuk melontarkannya. Sungguh benar-benar tidak rasional aku ga sanggup untuk berbohong kalau aku masih sayang dan cinta sama kamu. Dan aku gagal untuk mengatakan kalimat perpisahan, melainkan menyambut dengan hati yang terbuka untuk kamu. Akhirnya aku menang melawan ego sendiri. Kamu berjanji akan suatu hal disana dan aku juga berjanji suatu hal pula. Lagi-lagi aku percaya kamu seutuhnya. Seiring berjalannya waktu hingga saat ini, aku hanya bertemu dengan masalahku yang tidak pernah absen dari hadapan, ya dia “waktu’. Terakhir 27 september kamu berjanji untuk memberikan waktu satu bulan paling lama buat kamu bisa meninggalkan dia. Tapi sampai 27 oktoberpun tak ada satu kata yang datang, apalagi kalimat maaf.. Kamu tau bagaimana rusaknya fikiran aku selama satu bulan itu karena fokusku hanya ke kamu. Pada tanggal 29 akhirnya aku bisa dengar kabar dari kamu. Lagi-lagi yang entah keberapa kalinya, rasanya kali ini benar-benar aku seperti terlilit harapan manismu yang meremukkan tulangku, aku seperti terbang bersama sayap-sayap janjimu yang benar-benar tinggi hingga tembus cakrawala di hadapan mataku, lalu saat itu juga kau lepas aku hingga jatuh dan terkubur dalam kuburan fosil sampahmu yang entah bagaimana caranya untuk bangkit ke permukaan lagi. Kamu bertekad untuk tetap bersama dia, karena kamu tidak rela meninggalkan dia demi aku, tapi kamu rela meninggalkam aku demi siapapun itu. Ini bentuk dari kata kata kamu bahwa kamu cinta aku dulu, sekarang, dan nanti? Terasa fana.
Dan aku juga gapernah bisa paham, sebaik-baiknya aku selama ini ke kamu, masih juga kamu jahatin. Sekeras-kerasnya aku berubah, masih juga kurang. Seberjuang-juangnya aku untuk benar masih aja salah.

Kamu. Dengan siapa pun nanti, cobalah untuk melawan ego. Kamu, yang sekarang sudah beranjak dewasa dan ego itu juga harus bisa damai dengan keadaan. Apa dengan seperti begininya aku, mengaku bersalah, mengaku menyesal, membuat kamu semakin membusungkan dada melihat kesalahanku dan melupakan kesalahan kamu? Apalagi mengingat janji kamu kemarin? Kalau memang iya, kamu harus bisa lawan ego kamu. Tapi aku coba positif thingking lagi kok, kamu udah sedewasa itu. Harus berani akuin apa kesalahan sendiri dan bicara apa kesalahan pasangan. Jangan biarin pasangan kamu menari-nari diatas kesalahannya karena kamu yang akan sakit ujungnya. Aku gapernah minta dipuji atas apa yang aku lewatin selama ini, apa yang sudah aku perjuangin, apa yang sudah aku korbanin, apa yang sudah aku tangisin, aku hanya ingin kamu tahu aja kalau yang berjuang selama ini bukan hanya kamu. Kamu yang selama ini selalu punya firasat ke aku, selalu bisa telepati ke aku, aku rasa dengan itu kamu bisa tahu kalau aku disini juga berjuang buat kamu, tapi sepertinya radar firasat kamu ke aku udah pudar dan salah arah. Apa iya radar firasat kamu bilang kalau aku udah ga cinta lagi? Atau bilang aku udah ga sayang lagi? Atau bilang aku Cuma main-main? Atau emang kamu udah ketemu radar baru yang lebih kuat? Lalu harus sampai batas mana positif thingking aku ke kamu?:)

Kamu, sepertinya sudah matang ya untuk ambil keputusan ini. Keputusan akan pilihan yang pernah aku berikan kemarin untuk menjadi wanita kedua yang aku cintai setelah bunda, atau menjadi orang kedua yang paling aku benci. Dan nyatanya kamu memilih bersama dia, pilihan mana yang kamu tetapkan diantara dua itu pasti kamu sudah tahu, karena aku yakin kamu sudah matang. Aku yang sudah genap 7 tahun sayang dan cinta sama kamu disini, terserah jika emang kamu ragu akan rasa sayang dan cinta aku ke kamu gapapa, aku ga memaksa kamu untuk percaya. 7 tahun ini memang masa-masa yang sangat emosional buat aku. Terimakasih udah buat aku belajar dewasa, terimakasih atas semua pelajaran yang pernah kamu berikan ke aku. Aku juga ga berharap ini jadi rangkaian paragraf perpisahan aku ke kamu dan untuk hubungan kita. Tapi yang perlu kamu ketahui, aku juga manusia yang benar-benar punya batas. Ada mungkin saatnya aku benar-benar jenuh dan sangat sangat sangat jenuh, atau aku juga harus percaya kalau jodoh pasti bertemu. Ah ntahlah, aku capek terjebak dalam perandai-andaian dan terjebak dalam masalah yang selalu ada di hadapan, 'waktu'.
Maaf,Aku ga bisa membuat kamu merasa bahagia yang utuh.Aku ga bisa membuat kamu jadi wanita yang paling bahagia saat kita bersama.Aku ga bisa mengerti apa mau kamu.Aku ga bisa menjadi apa yang kamu mau.Aku ga bisa kasih kenangan yang paling indah.Aku ga pernah kasih sesuatu yang berharga.Aku ga pernah selalu ada.Aku yang selalu menyakiti kamu.Aku yang selalu mengalirkan airmatamu.Aku yang selalu membuatmu kecewa.Aku yang selalu merusak kepercayaan kamu.Aku yang selalu renggut senyum di wajahmu.Aku yang selalu kau tangisi.Aku yang selalu berharap.Aku yang pernah menganggapmu tak ada.Aku yang pernah menganggapmu kesekian di hidupku.Aku yang pernah mempercandakan dirimu.Aku yang pernah buat kamu jatuh cinta sejatuh-jatuhnya jatuh cinta, dan.Aku yang pernah buat kamu patah hati sepatah-patahnya patah hati.
Terimakasih,Kamu yang selalu bisa buat aku bahagia.Kamu yang selalu bisa buat aku senyum sendiri seperti orang gila.Kamu yang selalu ada di pikiran,Kamu yang selalu memberikan kenangan indah.Kamu yang selalu menjadi notifikasi favorit aku.Kamu yang selalu jadi orang spesial dengan puluhan nama panggilan sayang yang aku berikan.Kamu yang selalu mendukung aku kapanpun itu.Kamu yang selalu membuat pesimisku kalah akan optimisku.Kamu yang selalu peduli akan kesehatan aku.Kamu yang selalu peduli kegiatan aku.Kamu yang selalu mengisi inbox sms, snapchat, mention twitter, call history, chat bbm&line, dll.Kamu yang selalu mengisi bunga tidurku.Kamu yang selalu jadi firasat aku.Kamu yang selalu bahagia saat aku bahagia.Kamu yang selalu sedih saat aku sedih.Kamu yang pernah membuat hidupku penuh warna.Kamu yang pernah memberikan hal indah.Kamu yang pernah meluangkan waktu untuk membuangnya bersama.Kamu yang pernah membuat senyum aku berarti.Kamu yang pernah mengisi galleri photo.Kamu yang pernah membajak pikiran.Kamu yang pernah kasih kepercayaan.Kamu yang pernah berjuang untuk kesetiaan.Kamu yang pernah membuat hujan menjadi tempat aku untuk mengingatmu.Kamu yang pernah berkorban untuk kita.Kamu dan alasan lainnya yang membuat kita menjadi berarti.

Selamat tinggal,untuk segalanya.